Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki potensi besar untuk memanfaatkan energi nuklir sebagai sumber energi yang bersih, aman, dan murah. Energi nuklir dapat mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia yang selama ini terhambat oleh keterbatasan pasokan listrik yang andal dan ramah lingkungan.
Salah satu teknologi energi nuklir yang menjanjikan adalah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) generasi terbaru, yang memiliki desain lebih canggih, efisien, dan aman daripada PLTN generasi sebelumnya. PLTN generasi terbaru dapat menghasilkan listrik non-intermitten, yaitu listrik yang dapat menyala 24 jam non stop tanpa menggunakan baterai penyimpanan. Hal ini sangat menguntungkan bagi industri, baik skala kecil maupun besar, yang membutuhkan pasokan listrik yang stabil dan terjamin.
Selain itu, PLTN generasi terbaru juga memiliki keunggulan lain, yaitu bebas emisi karbon, yang berarti tidak menimbulkan polusi udara dan pemanasan global. PLTN generasi terbaru juga dapat menggunakan bahan bakar nuklir yang lebih hemat dan beragam, seperti uranium dan torium, yang tersedia melimpah di Indonesia. Dengan demikian, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar fosil, seperti batubara, minyak, dan gas, yang memiliki harga yang fluktuatif dan dampak lingkungan yang negatif.
Dr. Kurtubi, Ketua Kaukus Nuklir Parlemen 2014-2019, mengatakan bahwa pemerintah tidak perlu ragu untuk membangun PLTN generasi terbaru di Indonesia, karena akan memberikan manfaat yang besar bagi pembangunan nasional. Ia juga menyarankan agar pemerintah melahirkan industri nuklir terintegrasi dari hulu hingga hilir, termasuk di sektor angkutan laut sipil, yang dapat beralih dari menggunakan bahan bakar minyak menjadi bahan bakar nuklir.
“PLTN generasi terbaru adalah solusi energi bersih dan murah untuk Indonesia. Energi nuklir akan mempercepat Indonesia menjadi negara industri maju, seperti Amerika Serikat, yang selama ini ditopang oleh 95 unit PLTN. Amerika Serikat bahkan sudah mempersiapkan untuk menutup ratusan PLTU batubaranya yang padat emisi karbon, dan menggantinya dengan PLTN generasi terbaru,” ujar Dr. Kurtubi di Jakarta, 16 November 2023. (Red)
Social Footer