Breaking News

TGH Abdul Manan : Sumur Resapan jadi Pola Mitigasi Bencana Partisipatif di Kota Mataram


Mataram - Potensi bencana alam selalu ada dan menjadi tantangan dalam pembangunan daerah, termasuk di Kota Mataram, NTB. Mitigasi bencana menjadi hal penting yang perlu disiapkan.

Pasangan Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota Mataram, Hj Putu Selly Andayani dan TGH Abdul Manan (Selly-Manan) menilai, seperti kota berkembang lainnya, Kota Mataram masih dihadapkan pada beberapa potensi bencana seperti air pasang atau rob, dan juga banjir.
Setidaknya, seringkali genangan air cukup banyak terjadi ketika musim hujan tiba. Dan ini mengganggu kenyamanan.

Calon Walikota Mataram Berkah dan Cemerlang, Hajjah Putu Selly Andayani, M.Si mengatakan, untuk mengatasi potensi bencana itu keberadaan sumur resapan sangat membantu mencegah genangan dan juga banjir di perkotaan.

"Tapi tentu saja sumur resapan ini harus dikembangkan dengan pola partisipasi. Pemerintah tentu tak mungkin bekerja sendiri tanpa keterlibatan warga masyarakat," kata Selly disela sela temui kontituennya , Minggu ( 23/8 ). 

Menurutnya, warga masyarakat harus mulai dilibatkan dalam upaya mitigasi bencana. Hal ini diperlukan agar tumbuh pemahaman dan semangat bersama dalam penanggulangan bencana alam.

Sumur resapan bisa dibuat di masing-masing lingkungan, bahkan dalam kelompok mukim setingkat rukun tetangga. Fungsi utama dari sumur resapan ini adalah sebagai tempat menampung air hujan dan meresapkannya ke dalam tanah. Dengan sumur resapan ini banjir juga bisa diminimalisir. Jika hujan datang maka banyak aliran permukaan yang dapat dikurangi melalui sumur resapan tergantung volume dan jumlah sumur resapan. 

"Misalnya, sebuah kawasan yang jumlah rumahnya 500 buah, kalau masing-masing rumah membuat sumur resapan dengan volume 2 m3 berarti dapat mengurangi aliran permukaan sebesar 1.000 m3 air," imbuhnya 

Selain itu, papar dia, sumur resapan juga bermanfaat untuk konservasi airtanah.  Peresapan air melalui sumur resapan sangat penting mengingat adanya perubahan tata guna tanah di permukaan bumi sebagai konsekuensi dari perkembangan pcnduduk dan perekonomian masyarakat. Perubahan tata guna tanah tersebut akan menurunkan kemampuan tanah untuk meresapkan air. Hal ini mengingat semakin banyak tanah yang tertutupi oleh tembok, beton, aspal, dan bangunan lainnya yang tentunya berdampak meningkatnya laju aliran permukaan. 

"Penutupan permukaan tanah oleh permukiman dan fasilitas umum besar dampaknya bagiannya, berarti setiap kali turun hujan 30 mm akan ada 225.000 m3 air hujan yang tidak dapat meresap ke dalam tanah. Jumlah ini akan berkumpul dengan aliran permukaan dari kawasan lain pada lahan yang rendah sehingga dapat mengakibatkan banjir," urainya.

Sumur resapan juga membantu menekan laju erosi. Dengan adanya penurunan aliran permukaan maka laju erosi pun akan menurun. Apabila aliran permukaan menurun, tanah-tanah yang tergerus dan terhanyut pun akan berkurang. Dampaknya, aliran permukaan air hujan kecil dan erosi pun akan kecil. Dalam rencana pembuatan sumur resapan perlu dipertimbangkan faktor iklim, kondisi airtanah, kondisi tanah, tata guna tanah, dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. 

Lebih jauh Mantan Penjabat Walikota Mataram ini menjelaskan,  pengembangan sumur resapan di Kota Mataram nantinya akan dilakukan Pemda bersama masyarakat dan pemerintahan terkecil di tingkat RT atau lingkungan. Hal ini akan sangat membantu mengatasi ancaman banjir, terutama di saat penghujan.

"Sebagian wilayah Kota ini masih jadi langganan banjir atau setidaknya genangan air. Nah dengan sumur resapan yang masif kita tentu bisa melakukan antisipasi yang maksimal," tukasnya.

Sementara itu Calon Wakil Walikota Mataram , TGH Abdul Manan, Lc  menegaskan, konsep mitigasi bencana secara partisipatif akan digagas Selly-Manan untuk Kota Mataram ke depan.

"Mitigasi partisipatif ini dimulai dari perencanaan hingga aksi nyata di lapangamn, semua harus melibatkan masyarakat. Sebab tiap wilayah Kecamatan punya potensi dan ancaman bencana alam masing masing, dan masyarakat lah yang paling tahu apa yang dibutuhkan," ujarnya.

Menurutnya mitigasi partisipatif  bukan hanya untuk banjir tetapi juga bencana lainnya yang berpotensi terjadi. Misalnya saja pemukiman yang rawan kebakaran tentu harus punya strategi mitigasi untuk mengantisipasi bencana dan bisa menekan korban dan kerugian jika bencana alam terjadi.

"Tentu semua tidak ingin ada bencana. Tapi namanya bencana alam itu pasti ada saja terjadi. Nah dengan mitigasi yang baik, kita bisa ikhtiar agar tidak banyak korban dan kerugian ketika ada bencana alam," pungkas Manan yang juga Ketua MUI kota Mataram ini.(red)

Advertisement

Type and hit Enter to search

Close